Bambu yang selama ini menjadi favorit arsitek hijau,
ternyata tidak selamanya merupakan bahan bangunan arsitektur hijau. Banyak yang
melihat bambu dari sisi hijau karena mudah diperoleh, dan masa tanamnya singkat.
Bambu memang merupakan bahan material yang masa tanamnya relatif singkat (3 – 5
tahun sudah membentuk rumpun, panen perdana tahun ke 8). Tapi bila
dilihat dari penggunaannya (mass use), maka akan terlihat bahwa meskipun masa
tanam cukup sigkat, tetap tidak menjamin populasi bambu tidak akan berkurang
secara drastis.
Misalnya, sebuah rumah rata-rata menghabiskan 1000
batang bambu untuk pembangunannya. Bila dilihat di lapangan, prinsip tebang
satu pohon, ganti satu bibit, untuk mengganti dengan cara menanam bambu 1000
batang juga butuh lahan yang sangat luas, dari satu rumpun yang ditanam pada lahan
4m2 (2x2 m2) paling banyak bisa tumbuh 5-10 batang. Misal lahan kita 100m2,
berarti bisa jadi 25 rumpun.atau 250 batang bisa dipanen. Kita butuh lahan
400m2 untuk bisa mengganti 1000 batang bambu-bambu yang kita tebang tadi, dalam
waktu 8 tahun. Bisa juga diterapkan di lahan sempit, tapi butuh masa panen yang
sangat panjang (dua sampai tiga kali tanam).
Kedua, jangan lupa, proses pengawetan bambu juga
merusak lingkungan. Pengawetan umumnya menggunakan bahan-bahan kimia, yang
merusak lingkungan. Bila menggunakan cara organik (pun) teteeeep, masih merusak,
misalnya dengan diasapkan. Jangan lupa, asap itu pembentuk zat carbon.
Terkecuali bila memang benar-benar konsisten untuk berarsitektur
hijau, pakailah produk recycle! harusnya yang digunakan adalah bambu bekas,
bukan bambu baru. Emang bisa jadi bagus bangunannya kalo pakai bahan bekas? Ya urusan
elo, hehehe, alias pinter-pinter arsitek dan tukangnya yang masang.
Wah, ternyata bambu juga belum tentu arsitektur hijau
yah, terus apa donk bahan/material yang ramah lingkungan?
Saya malah menganjurkan semen (concrete/cement). Bahan
dasar semen adalah batu kapur, tanah liat, pasir besi dan pasir silica. Mudah
didapat (ditoko sebelah juga ada), dan bahannya ada terus (biasanya campuran
material vulkanik (gunung berapi) yang akan konsisten keluar selama daur waktu
tertentu. Selain lebih kuat, kokoh, bahan bangunan dari semen pun masa pakainya
lebih panjang dibanding bambu. Mari kita lihat. Contoh, untuk satu rumah, kamu
butuh 1000 batang bambu. Ini hanya tahan paling lama 10 tahun dengan pengawetan.
Berarti untuk memperpanjang usia bangunan, lets say, 50 tahun, kamu butuh 5000
batang bambu. Ini tidak efisien, karena ada variabel biaya tukang dan material
lebih selama 50 tahun. Bandingkan dengan concrete, 50 tahun pun masih berdiri
tegak, dan cukup sekali pasang.
Mudah-mudahan tulisan ini makin memperbijak cara
pandang kita. Jaya arsitektur hijau Indonesia!
Andie Wicaksono
Climate change professional fellows, US department of
state, burreau of education and cultural affairs.
9 komentar:
om, katanya penggunaan semen juga masih berpolusi (kalo pake molen berbahan bakar disel). Trus pake apa donk, diaduk manual gitu? :))
setuju! pake semen lebih bagus,apalagi pake holc........ :D
Dibanding semen, bambu jelas lebih ramah lingkungan, karena semen dibuat dengan memanaskan tanah tras pada suhu tinggi. Banyak buku yang menyatakan perbandingan energi yang diperlukan untuk menghasilkan bahan bangunan dalam volume tertentu. Memakai bambu setidaknya zero-emission, antara CO2 yang diserap dan dilepaskan kembali setelah pemakaian seimbang.
Tulisan saya merujuk pada= http://www.foresthealth.org/pdf/LEED%20Comparison%20Study.pdf
"the benefits -of Bamboo- are QUESTIONABLE of using, for instance, a material 10 times more rapidly renewable than its long-cycle alternative, if it is results in having to replace it 10 times more frequently."
Memang benar material bambu itu ramah lingkungan. Semen juga, meski lebih ramah bambu, silahkan dicerna bila pilihannya anda akan membangun sebuah rumah, dengan semen, cukup sekali bikin, atau dengan bambu dengan resiko harus lebih sering2 diganti bambunya (menurut riset pada link diatas, perbandingannya 10x). Mana yang akan dipilih?
"Tulisan saya merujuk pada...."
Semestinya anda menuliskan referensi tsb di tulisan anda.
atas ane mantap gan
setuju pada point : "manfaat Bambu dipertanyakan ketika, misalnya, bahan 10 kali lebih cepat harus diganti dibandingkan semen". Maksudnya, jika pake bambu tapi harus menggantinya 10 kali lebih sering ya sama aja bo-ong, bikin cape aja renovasinya.
Wah, komennya pada mantep-mantep yah pak Andie! sayang pada banyak yg ngumpet gak mau menunjukkan jati diri. He he he
Tulisan di atas benar. Sy sendiri kecewa dulu udah panggil tukang bambu orang banyak, biayanya besar, bangunan ternyata hanya tahan 3 tahun habis itu harus di pugar lagi. Padahal sudah di awetkan dengan metode yang benar. Tidak efektif mas, pakai bahan bambu.
Posting Komentar